Posts

Tanpa Batas Waktu

Image
bolehkah aku mampir ke hatimu? inginku memilah apapun yang tercampur di dalamnya sebab antara rasa dan logikamu telah tumpang dan tindih agar kau tahu, mencintainya sedalam itu sungguh tak diterima akalku, dan (semoga) jua akalmu ijinkanlah aku menelusuri kusutnya batinmu melihat dengan mata hatiku, kepada siapa detak jantungmu itu hidup sebab sementara kau memelukku, aku masih dapat mendengar bibirmu menyebut namanya kekasih, apakah kau sudah gila? atau aku yang tak tau diri? bisakah kau tanggalkan saja jubah tua itu? jubah yang sumpah demi tuhan aku jijik melihatnya.. jubah yang aku tahu disematkannya pada pundak gagahmu malam itu, yang lalu kau mengecupnya tanpa cemas, tanpa takut, tanpa bersalah, ada aku yang menunggumu pulang.. mampukah aku oh langit dan bumi, membuka tabir hati yang sedih kelam terjerembab ini sebab kekasihku yang mengasihinya tanpa ada batas waktu itu,  membiarkan aku pergi dalam patahnya hati

Selamanya Kan Begitu

Image
Jika saja kugagal teruskan cerita ini, biarlah kumenjelma sebagai nafas pagi dan malammu Agar resah dan segala pekat niscaya jadi terang di sepanjang jalan tak berujung yang berdebu Jika saja kuterkagum pada caramu melukis dunia, biarlah kusihir sebongkah jujur kau ucap di akhir pengakuan Sehingga langkah lelah berdahaga kelak terpatri pada absahmu di dalam sukma Jika saja kulupa apa rasanya bersisihan denganmu, biarlah denting yang serak terkoyak ini mengganti sadarmu di semua bangun dari lelap Lalu sunyi yang turun-temurun menjadi hingar dan bingar yang mengalun syahdu seketika Walau hitam dan putih adalah mimpi kita, ikhlaskan ia menjadi ujung dari segala kumparan warna, yang tak lekang meski dipaksa, yang tak pernah usai sebagai materai mantra Aku akan menghantuimu, selamanya kan begitu 

Cemas

Image
Dulu, Bisik kita saling adu. Senyumku tersirat dalam lembar-lembar senyummu Dan wajah kita saling melekat. Kala itu, meski dunia gelap, hati kerap gembira Dulu, Petik gitarmu teduhkan hariku. Dan aku menjadi manusia yang berbeda, menyelaras dalam nada tinggi dan rendah. Bersanding tanpa suara, percaya dalam bisu Tak lama cemasku meronta-ronta, tak hanya pada kulit-kulit jendela dan daun pintu.  Atap merubuh, merongrong melucuti. Ketika kau bersama desiran angin, terbawa arus bersama buih, terkulai mati

tentang diamku

Image
itu, aku berdiri di situ di sudut temaram sembab dan lembab sampai jari-jemari abu membatu berawal dari mati rasaku pada lantunan doa di pagi buta itu, aku berdiri di situ di bawah hujan tanpa teduhan sampai menggigil dan kaku bermula dari putus yakinku pada harapan yag kau jejalkan itu aku berdiri di situ di atas gigitan api yang membakar sampai kulitku leleh melepuh berawal dari masa bodohku pada janji hidup yang fana hampa 'cemburuku menggila lima ratus kali, aku tak suka,  kau nyaman dengannya itu, sesederhana itu'

Perempuan Dalam Dekapan

Image
Adakah musim akan menunggu? Badai menjadi tamu walau tak kubuka kunci pintu Aku tak pernah siap akan pengulangan hari dan waktu Sia-sia saja jika kau ingin membantu  (getir tersenyum) Tak ada dalam pelukmu membuat aku sering terjaga,  kita sedang menua seperti ranting kering nan remuk patah Tergelitik ingin redakan bisu yang tak terucap apa adanya:  sayang, bara kita tlah padam Mimpiku semalam berbantah pada awan hitam,  suratan takdir akan terus tergerus tanpa aku harus paham Tak perlu kau urus cerita lampau yang terlewati bersama Kitalah mahluk dekat yang jauh dan tak akan bersinggungan  Kurun waktu pendek-pendek terputus buatku tersadar Aku bukan perempuan dalam dekapan