Cemas
Dulu, Bisik kita saling adu. Senyumku tersirat dalam lembar-lembar senyummu Dan wajah kita saling melekat. Kala itu, meski dunia gelap, hati kerap gembira Dulu, Petik gitarmu teduhkan hariku. Dan aku menjadi manusia yang berbeda, menyelaras dalam nada tinggi dan rendah. Bersanding tanpa suara, percaya dalam bisu Tak lama cemasku meronta-ronta, tak hanya pada kulit-kulit jendela dan daun pintu. Atap merubuh, merongrong melucuti. Ketika kau bersama desiran angin, terbawa arus bersama buih, terkulai mati