Praduga
anjing hutan bicara padaku pagi tadi ciumnya tangkap gerakmu di bukit, katanya gerammu ingin si rusa tua bijak mati aku yang buta meraba-raba, mengendus-endus mawas diri adakah angin menerabas hutan membawa aroma busuk itu kemari? aku menghardik si gagak hitam sial yang parau, oh kau burung bangkai! meski nyata kucium kebohongan yang memuakkan itu tetap saja akumu masih menutup-nutupi Hakim, katamu? hakim palsu, begitu? penipu! cih. kau budak dewa yang kau nista kau alas kaki dewi yang kau najis ah malas! baiknya aku pergi meringkuk merenung dalam gua gelap yang pengap yang dindingnya maha mendengar dan melihat yang lantainya mengandung racun seperti hantu dan di ujung nafas aku bertanya-tanya, kau yang bermain kata-kata namun tak pernah ada kau yang congkak ingin selalu dipuja dimana tepa selira yang pernah kau sumpah? penipu! cih.